Selasa, 12 Juli 2016

Bagamana Cara agar Anak Khusyu Sholat

 “Bunda... aku fokus sholatnya.” ucap Avia sambil menyodorkan tangannya untuk disalami. Hm... karena biasa diapresiasi ia pede kalau aku akan menyalaminya.
“Wahh... alhamdulillah Avia sudah fokus Tarawihnya, Masih ada lagi sholatnya, Tarawih rokaatnya banyak.” Responku sambil mengalirkan TFP Tarawih.
“Iya...” jawabnya.
Saya jarang mengajak Avia tarawih di Masjid karena saya khawatir Avia akan melihat situasi di Mushola yang memang belum kondusif. Mengingat fungtion Avia masih satu arah pula. Namun tadi malam Avia menangis ingin sholat tarawih di Mushola, maka saya menyiapkan aturan yang harus ia patuhi.
-Tetap dalam kelompok.
-Kelompok Avia adalah bunda.
-Jika ada teman bercanda abaikan saja.
-Fokus kegiatan sholat
-Jika capek boleh duduk -
Kita akan pulang jika Avia tidak ikut aturan
Alhamdulillah Avia fokus, ikut aturan dan saat capek ia duduk disamping saya sampai rokaat ke enam. Bagi saya ini pencapaian yang luar biasa karen usia Avia kurang dari 3 Tahun. Di rokaat berikutnya ia naik ke punggung saat saya sujud, duduk dipangkuan saat tahiyat ahir dan ahirnya ia minta pulang karena sudah mengantuk. Tanpa saya bicara ia sudah tahu konsekwensinya jika ia tak ikut aturan ia akan pulang.
Teringat jawaban bu Wismi saat ditanya kapan anak bisa khusyu Sholatnya adalah saat function dua arahnya sudah terbangun dan itu terjadi saat anak 11 tahun karena function dua arah akan mulai dibangun saat anak usia 7 sampai usia 11 tahun.
Namun jika kita tidak menstimulasinya dengan tepat, maka walaupun usianya sebelas tahun bahkan diatasnya kita akan melihat anak anak-anak Abg yang bercanda saat Tarawih dan masih belum khusyu sholatnya. Salah satu stimulasinya adalah dengan mengalirkan istilah-istilah, fakta- fakta dan prinsip-prinsip baik oleh guru di sekolah, orang tua di rumah ataupun lingkungan. Aspek yang lain adalah mauidzoh hasanah yang diserap anak dan masih banyak lagi aspek-aspek lainnya.
Anak perempuan usia 13 tahun duduk di depan saya malah masih bercanda dengan teman-temannya yang usianya bervariasi. Saya bisa saja abai dengan hal tersebut seperti juga orang tua yang lain yang khusyu dengan tarawihnya. Namun selain berdakwah, juga saya memikirkan otak Avia yang sedang tahap penelitian. Apa yang ia lihat, ia dengar, ia rasakan akan menjadi rumusan masalah yang diolah dalam otaknya dan akan menjadi persepsi persepi dari kemungkinan-kemungkinan jawaban. Kemudian ia kan membuat kesimpulan.
Untuk menjaga agar tak salah ambil kesimpulan, saya harus mengalirkan term (istilah) fact (fakta) dan principle (prinsip) atau TFP yang tepat. Tentu bukan hanya untuk Avia tapi juga dengan semua lingkungan yang terlibat.
Maka saya pun melakukan 5 kontinum pendampingan dan mengalirkan TFP.Kehadiran saya tak dapat membuat mereka berhenti mengobrol atau bercanda, maka saya naik ke tahap ke dua yaitu bicara yang tak ada hubungannya dengan mereka.
-Teman - teman, alhamdulillah Avia sholatnya fokus-
Itu saya bicarakan mejelang rokaat ketiga. Mereka bisik-bisik dan kemudian mereka baru mulai sholat menjelang Imam ruku. Dua anak sholat nya fokus dan sisanya masih dorong-dorong. Menjelang rokaat ke enam saya menyalami dua anak yang sholatnya fokus sambil berkata, :
"Alhamdulillah ... teteh sholatnya khusyu, selamat ya... "
Kemudian saya mengalirkan TFP kepada teman teman yang lain yang usianya lebih kecil.-----Saat sholat hanya melakukan gerakan sholat saja.
-Jika capek kita boleh istirahat.
-Jika capek kita boleh duduk.
-Saat duduk tidak mengobrol.
-Teteh sholatnya harus sudah lengkap. (Saya tujukan untuk anak usia 13 tahun)
Di rokaat kelima mereka relatif lebih tertib ketimbang sebelumnya. Maka saya menyalami semua anak (sekitar 12 anak dibelakang) sambil berkata,:
"Alhamdulillah teman-teman sholatnya khusyu, fokus, selamat ya..."
Si anak usia 13 tahunpun yang seharusnya sudah terbangun function dua arah nya jika tanpa pendampingan bermutu tetap saja belum terbangun. Saat saya alirkan prinsip bahwa "Allah lihat kita" ia masih belum menyadarinya. Ah.... bahkan sayapun yang sudah kepala empat yang dulu tak terbangun function dua arah masih saja ingat banyak pekerjaan dunia saat sholat. So... betapa pentingnya pendampingan bermutu itu....
Seorang anak membantu mengambilkan kunci saya yang tertinggal pertanda mereka merasa nyaman walaupun baru kenal. Seorang anak lain bertanya dengan ceria, bu... ibu.... 7 rokaat lagi ya... Pun menandakan otak mereka menerima kata kata saya...
Apa yang terjadi jika mereka saya larang...
"tong garandeng dak.."
atau
huss husss.... ha... emangnya kucing di hus hush ?
Pasti mereka tak nyaman dan belum tentu sholatnya tertib...
 Purwakarta atas Jeweran terhadap Anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar