Selasa, 12 Juli 2016

Kisah ABG Menangisi Ibunya

Tangisanku dan Tangisanmu di Lebaran Kita
Oleh Habibah Sirojudin
Kalimat itu, menyita perhatianku. Ungkapan pilu seorang nenek di panti werda:
"Tapi bila anak saya menjemput, saya tetap milih untuk tinggal bersama mereka. Saya siap bekerja apa saja untuk membantu meringankan beban hidup karena menanggung saya."
Aku tertegun, kutatap layar kaca penuh warna, air mata nya, kerinduannya, kesedihannya mengingatkanku pada ayah ibuku.
Walau semua materi mereka dapati, kesehatan terjamin pasti, namun di relung hati, tersimpan kerinduan hakiki.
Teringat firman -Nya
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."(Q.S. Lukman : 14)
Air mataku tak tertahankan, piring piring kuletakan, aku bersimpu, rasaku mengharu biru.
Ibu, begitukah kerinduanmu padaku? Pantas saja, sehari absen tak melihatmu, engkau segera mencari tahu, apa kegiatanku, sampai aku tak kunjungimu.
Dalam linangan air mataku, pelukan mengagetkanku, ciuman menghunjamiku, tangisan mengharukanku.
"Bunda, jangan tinggalkan aku, maafkan aku, jangan pergi seperti nenek itu."
Air matanya, seperti air mataku, keharuannya seperti keharuanku, empathinya seperti emphatiku.
Kupeluk erat kembali, anak sulungku, tangisku dan tangisnya menghiasi lebaran kami...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar