Selasa, 12 Juli 2016

TIPS HADAPI ANAK BICARA KASAR

Oleh Habibah Sirojudin
Di suatu kesempatan, saat mengantar abang di Sekolah lamanya seorang guru berdiri di pintu gerbang sekolah membawa sebuah catatan anak-anak terlambat datang. Wajahnya tak seram-seram amat namun tak nampak senyuman di wajahnya.
Walau demikian tetap saja anak-anak mencium tangannya dan langsung berlari mengelilingi lapangan sebagai hukuman atas keterlambatan mereka. Padahal di dinding sekolah terpampang besar slogan A agym "Senyum, sapa dan salam" tapi itu hanya berlaku bagi anak-anak yang datang tepat waktu.
Ketidaktahuan dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah menjadi faktor ketidakramahan sekolah-sekolah konvensional terhadap anak. Mereka bingung dan pusing 7 keliling saat terjadi masalah pada anak didiknya.
Di sekolah Aza yang lama, pun konvensional pernah ada hukuman melakban mulut anak-anak yang bicara kasar. Ini tingkat TK lho.... Dan anehnya semua orang tua setuju karena tak satupun dari mereka yang memiliki solusi yang lebih baik. Saat saya tahu, betapa kagetnya saya namun pun tak mampu berbuat banyak karena saya saat itu belum mengenal sentra.
Di Sekolah-sekolah sentra seperti Al-Falah, yang kemudian Salsabila Purwakarta belajar dari sana, guru memiliki banyak solusi jitu yang kadang tak bisa dilakukan kebanyakan orang. Bahkan tidak sedikit mereka meragukan keberhasilannya karena solusi di anggap sulit dilakukan.
Senyum sapa salam tetap mengalir di Sekolah Salsabila walaupun anak-anak terlambat, namun orang tua tetap mengabsen dan menulis jam kedatangan mereka.
apakah ayah bunda tahu apa yang di rasakan anak-anak saat terlambat datang? Galau, malu, merasa bersalah, tidak percaya diri. Dan masih saja beban seberat itu ditambah lari keliling lapang disaksikan ratusan anak-anak lainnya? Bayangkan apa yang terjadi pada otaknya? Sedangkan alasan keterlambatan adalah motor orang tuanya mogok. Apa yang ada di fikiran anak terhadap orang dewasa? anak belajar bahwa "Kita boleh menghukum orang yang tidak bersalah."
Zidan (TK A) Chacha (SD), dll. Sering kali tidak mau masuk kelas jika terlambat. Bagaimana sekolah mau menghukum? Mereka sudah merasa bersalah walau tidak ada yang menyalahkan. Perlu transisi, perlu penguatan, perlu dukungan. Karena mereka tidak biasa terlambat.
Anak SD di Sekolah kami jika terlambat, ia akan kehilangan sesi yang sangat berharga di pagi hari yaitu baca IQRO, dan tadarus al-Quran.
Ini resiko yang harus ia terima, dan orang tua akan sangat menyayangkan hal ini. Atau mereka akan menggantinya saat pulang sekolah sehingga ia jadi terlambat pulang ke rumah. Konsekwensi yang lumayan masuk akal kan?
Kata-kata kasar yang keluar dari anak (biasanya anak baru atau ABK) tidak langsung disikapi negatif dengan menempel lakban di mulut anak. Tetap 5 kontinum pendampingan anak dilakukan. Kehadiran guru, pernyataan tidak langsung, pertanyaan, pernyataan langsung baru kemudian intervensi fisik.
Noval abdul yang saat datang membawa bahasa preman ke Sekolah, bahkan hanya dengan di abaikan ia berubah. Saat ia bicara kasar, tak seorangpun guru dan teman merespon ucapannya. Semua seakan tak mendengar ucapannya dan fokus pada kegiatan mereka. Namun saat ia bicara positif guru dengan wajah berbinar menyalaminya dan berkata: "Alhamdulillah sekarang Noval sudah bicara positif, Selamat ya Noval."
Apa yang ada dalam otaknya? Ia merasa dihargai, di hormati dan ia ingin mengulang kebaikannya itu. -bicara postif-
Sekarang saya tidak mendengar lagi ucapan negatif itu keluar dari mulut mungilnya. Bahkan perubahan besar pada sikapnya, ia sering kali datang menyambut saya dengan berbinar dan bonus pelukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar