Selasa, 12 Juli 2016

DISIPLIN DENGAN CINTA

Tidak ada yang istimewa dari anak-anak Salsabila BABY HOUSE. Semua biasa saja, mereka datang dengan senyuman, saling menyapa, bergabung dengan teman untuk bermain, beres-beres setelah bermain di dalam ruangan, jurnal pagi, ikrar, berdo'a, mendengarkan ibu guru tadarus, main bebas di luar dengan pendampingan, setiap 15 menit toilet training bagi yang belum bisa, circle time, bermain sentra (sentra bahan alam, sentra main peran, sentra seni , sentra cooking) bergantian setiap harinya.
Sebelum memulai sentra, guru dan anak berdoa, diskusi tema, diskusi prosedur bermain seperti pilih teman, pilih mainan, lapor bila sudah tuntas dan ingin berpindah permainan, beres-beres selesai bermain, dan recalling, lalu guru mengucapkan "selamat bermain".
Selain itu juga didiskusikan aturan bermain seperti sayang teman, tetap dalam kelompok, berjalan di ruangan, selesaikan masalah dengan bicara, bicara bergiliran dst. dan semua berjalan seperti biasa.
Setelah bermain, guru sentra mengajak anak mengantri untuk cuci tangan, membaca do'a sebelum masuk kamar mandi, selesai cuci tangan, anak-anak kembali dalam antrian dan berdoa keluar dari kamar mandi bersama-sama lalu menyerahkan anak kepada guru makan.
Saat makan, anak mengambil piring dan sendok lalu mengelilingkan sampai semua teman kebagian, disusul dengan nasi, lauk-pauk dan sayuran, semua dilakukan secara bergiliran dan bersabar untuk memulai makan , barulah guru memimpin do'a mau makan dengan artinya sambil mengangkat tangan.
Semua anak makan sendiri walau usia mereka diantara 2-3 tahun, guru menyiapkan tissue sebagai alas untuk sampah makanan, dan semua terlihat biasa saja.
Setelah makan, anak-anak meyimpan piringnya sendiri di tempat yang telah disediakan. Mereka menyimpan barang terklasifikasi, menyimpanpiring dengan piring, gelas dengan gelas dan sendok dengan sendok. dan semua terlihat biasa saja.
Setelah makan guru mengajak anak-anak mencuci tangan dalam antrian, guru memimpin doa masuk kamar mandi, niat berwudlu. lalu cuci tangan dan berwudlu dan setelah selesai mereka kembali masuk dalam antrian semula, berdoa setelah wudlu dan keluar kamar mandi.
Anak-anak mengambil alat sholat sendiri, menggelar sajadah, memakai mukena dan berdiri di dekat guru. Tidak masalah mereka sholat dengan khusyu atau tidak, karena ini adalah tahap pengenalan. tapi dengan antusias mereka melafalkan niat sholat, alfatihan dst, walalupun belum terdengar lengkap, bahkan terdengar lucu dan semua terasa biasa saja.
Setelah sholat, anak-anak mendengarkan guru berdzikir dan berdo'a untuk kedua orang tua, beberapa anak mengikuti dan melafalkan dzikir dan do'a tersebut, setelah selesai mereka lapor kepada ibu guru bahwa mereka sudah fokus mengikuti kegiatan sholat dan guru mengapresiasi dengan membaca hamdalah plus fakta. lalu mereka membuka mukena dan melipat sendiri mukena dan sajadahnya dan menyimpan kembali di tempatnya.
Tibalah saatnya jurnal siang, mereka menuangkan isi fikirannya diatas kertas kosong, entah itu berpa coretan acak, coretan terarah, bentuk-bentuk ataupun sebuah atau dua buah huruf.
lalu anak-anak mendengarkan kembali guru tadarus dan dan di ahiri dengan recalling dan do'a.
Dalam recalling anak menceritakan kegiatannya dari pagi sampai pulang, dan semua berjalan biasa saja. tak ada yang istimewa.
Ya.... Biasa saja, karena semua anak terbiasa melakukan kegiatan seperti ini setiap hari di sekolah Salsabila BABY HOUSE.
Akan terasa tidak biasa ketika mereka bergabung dengan anak yang lain. Ayah nanas bercerita kalo beliau melihat kecepatan perkembangan nanas sangat jauh berbeda dengan anak saudara dan tetangga, di usianya yang belum 3 tahun, nanas melakukan kegiatan di rumah sendiri, saat ayah akan membantu mema kaikan baju, nanas bicara bahwa ia bisa sendiri dan tidak memerlukan bantuan, begitupun dalam kegiatan makan atau hal yang lain. itu baru segi kemandirian, dari segi kognisinya ayah sempat heran saat nanas mampu melafalkan surat-surat pendek, doa-doa harian. Padahal tidak ada program hafalan secara khusus di sekolah, hanya pembiasaan sajah. Yang membuat ayah terpesona adalah saat nanas membereskan mainan di rumah setelah selesai bermain.
Begitupun dengan Avia, saat bertemu dengan Zaky, yang ikut dengan ayahnya menjemput Abang di Bandara. ayah Zaky membawa mobil kami, Zaky berdiri di atas jok mobil depan. tak henti-hentinya Avia bertanya, kenapa Aa berdiri di atas kursi? fungsi kursi untuk duduk. kenapa aa tidak berbagi makanan? Avia suka berbagi, berkali-kali Zaki diingatkan bahwa aturan di dalam mobil itu duduk, tetapi berkali-kali pula ia kembali berdiri.
Dan banyak lagi hal yang biasa saja menjadi tidak biasa saat bertemu orang baru yang kadang ini menghancurkan pola fikir anak-anak. Kadang Avia pun mengikuti zaki berdiri karena baginya anak yang lebih besar itu baginya patut di contoh. dan saya lagi lagi membangun kembali pola-pola yang hancur itu agar kembali lagi menjadi pola yang utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar